Selasa, 05 November 2013

Gula Merah Asal Cilacap Dicampur Bahan Kimia?


 
CILACAP, (CIMED) – Mayoritas para perajin gula merah atau gula kelapa (gula Jawa, red) di Kabupaten Cilacap masih menggunakan bahan kimia saat proses penyadapan nira. Kondisi ini menyebabkan gula produksi para perajin di wilayah ini dihargai jauh di bawah pasaran.
Berdasarkan penelusuran CILACAPMEDIA, para perajin gula Jawa masih banyak yang menggunakan bahan kimia natrium metabisulfin saat menyadap nira. Hal ini agar saat penyadapan nira, bahan yang akan dibuat gula tersebut tidak terfermentasi.

Setelah melalui proses penjang, adonan nira dicetak menjadi gula. Dari sisi tampilan, gula Jawa yang sudah tercampur bahan kimia memang lebih menarik dengan warna kekuning-kuningan. Sementara gula kelapa yang menggunakan bahan-bahan tradisonal berwarna lebih gelap.

Meski penampilannya menarik, namun pencampuran bahan kimia ini merugikan produsen karena harganya terpaut jauh dengan gula kelapa murni. Selain itu, penggunaan bahan kimia dengan dosis yang melebihi takaran juga membahayakan kesehatan orang yang mengkonsumsinya.

Kepala Dinas Kehutanan dan Perkebunan (Dishutbun) Kabupaten Cilacap Sujito menjelaskan, produksi gula kelapa di wilayah ini mencapai 48.802,51 ton. Produksi ini berasal dari areal pohon kelapa seluas 5.261,5 hektar yang tersebar di sejumlah wilayah kecamatan. Beberapa sentra gula kelapa berada di Kecamatan Kesugihan, Jeruklegi dan Bantarsari. Sisanya menyebar pada hampir semua kecamatan.

“Hampir semua perajin menggunakan bahan kimia dalam produksi gula kelapanya.
Kita terus berupaya semaksimal mungkin untuk mengembalikan produksi gula kelapa ini ke alamiah. Kita ingin kembalikan seperti dulu, tidak pakai bahan kimia tapi kembali ke alam dengan menggunakan tatal (serpihan kayu, red) pohon nangka atau kulit manggis dicampur air kapur sirih (enjet, red)” kata Sujito kepada wartawan belum lama ini.

Dikatakan, secara bertahap pihaknya sudah mensosialisasikan naturalisasi pembuatan gula kelapa ini kepada para perajin. Harapannya mereka bisa memahami sehingga harga gula kelapa produksi Cilacap kembali menolong para perajinnya. Selain itu, naturalisasi ini sekaligus untuk menghilangkan dampak buruk yang bisa timbul akibat mengkonsumsi campuran bahan kimia tersebut.

Sujito menjelaskan, untuk saat ini, beberapa wilayah yang mulai kembali ke bahan alami ada di wilayah Jambu Sari dan Citepus.

“Kita juga sudah mulai melakukan pelatihan kepada para perajin gula agar kembali ke alam. Mudah-mudahan tidak lama lagi seluruh gula yang diproduksi di Cilacap bebas dari bahan kimia. Sehingga bisa mendongkrak harga dan dapat menguntungkan perajin,” jelasnya.


Harga gula kelapa yang bercampur bahan kimia dipasaran wilayah Cilacap, lanjut Sudjito, saat ini dalam kisaran Rp 7.000 sampai Rp 8.000 per kilogram. Sedangkan gula kelapa alamiah diatas Rp 10.000 per kilogram. Sementara bahan yang diproses menjadi gula kristal alamiah harganya mencapai Rp 15.000 per kilogram.

2 komentar:

  1. Gula produksi desa jambusari Memeng selalu asli, cuma pakai tatal dan inject biar gulanya tahan

    BalasHapus